TRANSPLANTASI SEBAGAI UPAYA PEMULIHAN KONDISI PADANG LAMUN
Lamun merupakan tumbuhan laut tingkat tinggi yang hidup di wilayah perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia. Tumbuhan lamun dapat ditemui di perairan yang dangkal dan dapat mencapai hingga kedalaman 30 meter atau lebih, jika kondisi lingkungan memungkinkan terjadinya proses fotosintesis (Riniatsih et al, 2018). Ekosistem lamun memiliki peran yang cukup penting sebagai sumber produktivitas primer dan secara ekologis mempunyai fungsi sebagai daerah pemijahan, daerah asuhan dan tempat untuk mencari makan dari beberapa biota laut. Menurut Supyan dan Ardan. (2022), kondisi ekosistem padang lamun sudah banyak mengalami gangguan, seperti gangguan secara alami maupun oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia adalah faktor utama yang menyebabkan degradasi penurunan kesehatan padang lamun. Akibat dari hal tersebut menyebabkan hilangnya fungsi ekologis dari ekosistem padang lamun.
Berdasarkan hasil analisis untuk Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun (IKEL), pada tahun 2018-2021, kondisi ekosistem padang lamun di Indonesia mengalami penurunan ( Rahmawati et al., 2021). Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh kegiatan antropogenik seperti perkembangan wilayah pesisir, deforestasi dan budidaya perikanan di wilayah pesisir hingga menyebabkan penurunan kualitas perairan baik oleh pemasukan nutrisi berlebih ke badan perairan atau sedimentasi. Over eksploitasi penangkapan ikan dengan aktivitas perikanan berlebih di padang lamun serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan turut berperan dalam memicu kerusakan padang lamun. Berdasarkan pernyataan Rahman et al. (2020), masyarakat adalah pemeran utama dalam upaya pelestarian ekosistem lamun. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya interaksi secara langsung antara masyarakat pesisir dengan ekosistem lamun. Dengan kesadaran masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat pesisir akan pentingnya pengelolaan untuk melestarikan ekosistem lamun tentunya akan mengurangi dampak negatif pada ekosistem tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya yang dapat memulihkan kembali ekosistem lamun, salah satunya yaitu dengan transplantasi lamun.
Transplantasi lamun merupakan proses pemindahan suatu jenis lamun di tempat satu ke tempat lainnya (Wiratama, 2021). Transplantasi lamun dapat dilakukan dengan tujuan untuk rehabilitasi ekosistem lamun yang sudah mengalami kerusakan atau untyk menciptakan padang lamun baru. Berdasarkan pernyataan Warahmah et al. (2022), transplantasi lamun di Indonesia masih terbatas, sehingga transplantasi lamun dalam skala besar di satu lokasi yang memiliki kondisi padang lamun yang rusak masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu dengan meningkatnya penelitian-penelitian mengenai transplantasi lamun diharapkan akan mendapatkan metode transplantasi lamun yang sesuai untuk digunakan.
Dalam pelaksanaan transplantasi lamun, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu lokasi pengambilan donor lamun, ketersediaan donor bibit lamun, metode penanaman, waktu penanaman dan kondisi lingkungan sekitar. Untuk lokasi pengambilan donor lamun biasanya tidak jauh dari lokasi transplantasi. Selain itu, lokasi pengambilan donor harus memiliki kepadatan padang lamun yang tinggi dan memiliki kondisi tutupan lamun yang baik. Transplantasi lamun dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan jangkar dan tanpa jangkar. Metode jangkar sendiri dapat dilakukan dengan cara mengambil bibit lamun tanpa substrat, yang kemudian dipindahkan ke tempat baru. Selanjutnya bibit lamun diikat ke jangkar dan ditimbun ke dasar substrat hingga akar lamun tertanam seluruhnya. Metode yang kedua adalah metode tanpa menggunakan jangkar. Metode ini dilakukan dengan menanamkan lamun bersama substratnya. Contoh dari transplantasi lamun tanpa menggunakan jangkar yaitu metode plugs, pembibitan (Seeds) dan Turfs ( Mustaromin et al., 2019). Metode Plugs biasanya dilakukan dengan memindahkan lamun lengkap dengan rhizoma dan sedimennya berbeda dengan metode pembibitan (Seeds) yang dilakukan dengan memanfaatkan biji lamun yang kemudian ditanam pada lokasi tertentu. Sedangkan untuk metode Turfs sendiri dilakukan menggali unit lamun menggunakan sekop sekitar 0,1 x 0,1 meter persegi kemudian dipindahkan ke lokasi transplantasi. Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sesuai kondisi padang lamun dan lingkungan sekitar yang mempengaruhi.garuhi.