Manfaat Lamun Sebagai Antibakteri
Indonesia memiliki laut yang luas yaitu hampir 70% wilayahnya merupakan laut. Berkat laut yang luas tersebut, Indonesia kaya akan berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut. Salah satunya adalah lamun atau seagrass. Lamun yang terdapat di perairan Indonesia berjumlah hingga 13 spesies. Namun, hingga saat ini masyarakat Indonesia belum mengetahui manfaat dari lamun itu sendiri. Oleh karena itu, lamun selama ini hanya dianggap sebagai tumbuhan rumput biasa atau malah disebut sebagai tanaman pengganggu. Padahal lamun sangat kaya akan manfaat baik secara ekologis maupun ekonomis. Selain itu, menurut Dhuha et al. (2016), ternyata lamun juga memiliki manfaat farmakologis yaitu sebagai antibakteri.
Antibakteri sendiri merupakan suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau juga mampu untuk membunuh bakteri (Dhuha et al., 2016). Lamun mengandung protein, karbohidrat dan serat yang dapat digunakan sebagai nutrisi. Lamun juga memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, phenol, steroid, saponin dan tanin (Septiani et al., 2017). Senyawa-senyawa tersebut dinamakan sebagai senyawa fitokimia. Senyawa fitokimia merupakan senyawa yang dapat digunakan sebagai antibakter terhadap bakteri terutama yabg bersifat patogen. Cara kerja senyawa-senyawa tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu dengan merusak dinding sel bakteri. Senyawa saponin akan menaikkan permeabilitas membran sel pada bakteri sehingga cairan intraseluler atau cairan yang terdapat di dalam selnya pun akan keluar. Penghambatan kerja enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase juga dilakukan oleh tanin sebagai upaya untuk mencegah sel bakteri baru terbentuk. Oleh karena itu, senyawa-senyawa yang terkandung dalam lamun sangat berpotensi sebagai antibakter. Dalam uji antibakteri pada lamun, terdapat beberapa bakteri yang diujikan misalnya bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa , dimana ketiganya merupakan bakteri patogen yang tentu dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Lamun sebagai antibakteri sudah dapat diterapkan sebagai bahan pengawet alami dalam pengawetan ikan. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakkukan oleh Ulina et al. (2016), yang menggunakan ekstrak lamun Thalassia hemprichii sebagai antibakter alami pada fillet ikan lele saat proses pendinginan. Thalassia hemprichii memiliki kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, fenol, maupun tanin yang berfungsi sebagai antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dalam fillet ikan lele tersebut sehingga dapat fillet ikan lele tersebut dapat memiliki waktu simpan yang sedikit lebih lama. Tidak hanya lamun jenis Thalassia hemprichii saja yang dapat digunakan sebagai antibakter tetapi masih terdapat jenis lamun lainnya yang dapat digunakan sebagai antibakteri seperti Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata dan sebagainya. Jenis-jenis lamun tersebut mudah ditemui di perairan Indonesia sehingga masyarakt Indonesia dapat mengambil manfaat lamun tersebut dengan mudah.