Senyawa Bioaktif Yang Terkandung Pada Lamun
Kekayaan alam Indonesia memang tidak dapat diragukan lagi. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut yang melimpah. Berdasarkan pernyataan dari Sukandar et al. (2008), keanekaragaman hayati memiliki definisi sebagai keanekaragaman kimiawi dimana memiliki kemampuan untuk menghasilkan bahan kimia, baik yang dibutuhkan manusia maupun organisme lainnya misalnya obat-obatan, kosmetika dan bahan dasar sintesa senyawa organik yang bermanfaat. Salah satu bahan hayati laut adalah lamun. Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mampu bertoleransi pada lingkungan bersalinitas. Sebagai tumbuhan, lamun pasti menghasilkan yang dinamakan metabolit sekunder. Metabolit sekunder yaitu suatu senyawa metabolit yang keberadaanya tidak berpengaruh bagi pertumbuhan organisme tetapi akan berfungsi sebagai pertahanan saat lingkungan tidak mendukung. Senyawa metabolit yang berasal dari tanaman banyak digunakan sebagai obat-obatan oleh manusia. Hal tersebut karena potensi metabolit sekunder sebagai senyawa bioaktif.
Penelitian telah banyak dilakukan mengenai sumber senyawa bioaktif dari tumbuhan laut. Lamun merupakan tumbuhan yang juga memiliki kandungan senyawa bioaktif yang tinggi. Senyawa bioaktif yang berasal dari lamun sangat berpotensi untuk menjadi bahan dasar pembuatan kosmetik, obat-obatan dan bahan farmasi lainya. Obat-obatan dari bahan dasar tumbuhan seperti lamun banyak dikembangkan. Menurut kebanyakan orang, obat-obatan yang berasal dari alam, tumbuhan misalnya, memiliki keunggulan yaitu rendahnya efek samping yang ditimbulkan (karim et al., 2019). Berdasarkan penelitian yang ada, lamun mengandung banyak senyawa bioaktif. Beberapa jenis lamun dapat memiliki kandungan seyawa bioaktif yang berbeda-beda tergantung faktor-faktor lingkungan di sekitarnya. Misalnya, Halodule pinifolia mengandung golongan senyawa alkaloid, saponin dan steroid. Sedangkan Cymodecea rotundata dan Enhalus acoroides mengandung keempat jenis golongan senyawa bioaktif yang diujikan yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid (Nurafni dan Nur, 2018).
Senyawa-senyawa bioaktif pada lamun tersebut dapat digunakan untuk bahan kimia alami antifouling, antibakteri, antifungi, serta bahan baku farmasi, khususnya obat alternatif (Dewi et al., 2012). Senyawa bioaktif lamun memiliki potensi sebagai obat anti kanker. Kanker merupakan penyakit yang cukup mematikan dimana masih terdapat sedikit cara penyembuhan. Salah satu cara penyembuhan yang selama ini ada adalah kemoterapi. Kemoterapi dirasa belum efektif dalam menangani penyakit kanker dan kekurangannya terdapat efek samping bagi penderita. Potensi anti kanker pada senyawa bioaktif lamun dapat dilakukan melalui uji toksisitas. Berdasarkan penelitian oleh Karim et al. (2019), senyawa bioaktif dari lamun Thalassia hemprichi memiliki nilai LC50 toksisitas sebesar 3,95 mg/l berarti Thalassia hemprichi berpotensi sebagai anti kanker. Hal tersebut berdasarkan Kriteria nilai toksisistas oleh National Cancer Insttitut (NCI), bahwa suatu ekstrak dikategorikan aktif anti kanker apabila nilai toksisitasnya (IC50) ˂ 20 µg/ml.