skip to Main Content

Pengaruh Persentase Penutupan Epifit Terhadap Kondisi Ekosistem Padang Lamun di Perairan Pesisir

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting untuk menjaga keanekaragaman makhluk hidup atau biota laut di sekitarnya. Semakin baik kondisi ekosistem padang lamun, akan semakin tinggi keanekaragaman hayati organisme laut yang hidup di habitat padang lamun tersebut. Padang lamun juga berfungsi sebagai penyangga bagi kesehatan ekosistem pesisir lainnya, terutama ekosistem terumbu karang yang berada di sekitarnya. Keberlangsungan hidup tumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain adalah masukan dari daratan, bencana, dan aktivitas masyarakat di wilayah pesisir. Menurut penjelasan Rugebregt et al. (2020), wilayah perairan yang sesuai bagi pertumbuhan lamun dapat dilihat dari parameter-parameter lingkungan seperti salinitas, suhu, kedalaman, kecerahan, nutrien, pergerakan air, dan substrat dasar. Secara umum, lamun dapat hidup di perairan yang dangkal dengan substrat dasar lunak dan perairan dengan intensitas cahaya yang cukup. Perairan dangkal bagi lamun akan memudahkan dalam menerima intensitas cahaya yang sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Perairan dangkal dengan intensitas sinar matahari yang tinggi tersebut akan menghasilkan suhu yang cukup tinggi di perairan. Suhu optimal dibutuhkan bagi hidup lamun di wilayah tropis yaitu berkisar antara 28-30⁰C. Suhu tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan fotosintesis lamun. Salinitas optimal bagi pertumbuhan lamun adalah berkisar antara 10-40 ppt untuk menjaga metabolisme lamun, merangsang penyebaran biji lamun dan menjaga ketahanan lamun terhadap penyakit. Setelah itu, terdapat pH (7,5-8,5) yang berpengaruh pada produktivitas di perairan. Kualitas perairan bagi lamun ini juga akan berpengaruh pada biota laut yang hidup di padang lamun, seperti kelimpahan epifit yang hidup menempel pada permukaan daun lamun.

Menurut Devayani et al. (2019), epifit merupakan organisme yang hidupnya melekat di permukaan benda hidup maupun mati seperti hewan dan tumbuhan. Organisme epifit ini juga melekat pada lamun di beberapa bagian seperti di daun, batang, dan rhizome yang terdiri dalam bentuk mikroalga, makroalga, dan juga bakteri. Akan tetapi, epifit yang paling dominan dan memiliki jenis yang beragam adalah dalam bentuk mikroalga atau berukuran kecil. Epifit yang berasosiasi di lamun, biasanya berupa organisme autotrofik yang menetap dan menempel di lamun sebagai produsen atau melakukan fotosintesis. Fungsi epifit sendiri bagi perairan yaitu berperan dalam produktivitas perairan serta menjadi pakan alami bagi berbagi biota di perairan seperti moluska, ikan, hingga zooplankton yang terdapat di padang lamun. Kemudian, bagi lamun, epifit ini mampu berperan dalam perlindungan lamun terhadap paparan radiasi dari sinar UV yang dapat merusak lamun tersebut.

Gambar 1. Epifit pada bagian-bagian tubuh lamun.

(Sumber : Devayani et al., 2019).

Namun epifit di suatu perairan juga dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan lamun. Sesuai yang dijelaskan oleh Rachmawan et al. (2021), apabila epifit di wilayah perairan tersebut berada dalam kondisi blooming atau berlebihan maka dapat berbahaya bagi kehidupan lamun. Kondisi kelimpahan dan tutupan epifit yang tinggi biasanya menandakan bahwa perairan tersebut mendapatkan pasokan nutrien atau zat hara yang tinggi ke wilayah perairan. Kandungan nutrient tersebut biasanya berasal dari limbah aktivitas budidaya, limbah domestik atau kegiatan-kegiatan industri di wilayah daratan yang menghasilkan limbah dan mengalir hingga ke wilayah perairan. Persentase tutupan epifit yang berlebih yang menempel di permukaan daun lamun tersebut mengakibatkan berkurangnya penerimaan sinar matahari yang sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Hal ini mampu memperlambat proses fotosintesis yang dilakukan serta menyebabkan rusaknya daun dan selnya yang dikarenakan stress yang di alami oleh lamun.

Terkait dengan kategori penilaian tutupan epifit pada daun lamun dengan kondisi ekosistem padang lamun dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Persentase tutupan epifit pada daun lamun dapat dihitung dengan melihat tutupan epifit yang terdapat di daun lamun dominan yang ditemukan pada setiap transek kuadran. Pencuplikan data tutupan epifit dilakukan bersamaan dengan waktu penghitungan persentase tutupan lamun dengan metoda dari Rahmawati et al. (2019), yaitu :

Tabel 1. Kategori Penilaian Tutupan Epifit.

Persentase penutupan epifit (%)Kategori kelimpahanKategori kualitas perairan
<20%SedikitBaik
20 – 40%SedangSedang
>40%MelimpahBuruk

Sumber: Rahmawati et al. (2019).

Keberadaan epifit yang berupa mikroalga juga mampu berasosiasi dengan lamun yang memberikan fungsi ekologis bagi berbagai organisme di wilayah perairan sebagai bahan makanan bagi larva organisme laut yang memanfaatkan padang lamun sebagai daerah asuhan. Akan tetapi, makroalga ini juga dapat memberikan dampak yang buruk bagi lamun yaitu sebagai kompetitor. Hal tersebut di dasarkan yaitu keduanya hidup di ekosistem atau lingkungan yang sama sehingga memungkinkan terjadinya asosiasi negatif yaitu perebutan nutrisi yang sama sebagai kebutuhan untuk bertahan hidup. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa asosiasi lamun dengan epifit dapat berupa positif seperti halnya sama-sama meningkatkan produktivitas perairan tetapi juga akan berdampak negatif seperti merusak sel daun lamun apabila epifit berada dalam jumlah yang berlebih (blooming).

DAFTAR PUSATAKA

Devayani, C. S., R. Hartanti, N. Taufik, H. Endrawati dan Suryono. 2019. Analisis Kelimpahan Mikroalga Epifit pada Lamun Enhalus acoroides di Perairan Pulau Karimunjawa, Jepara. Buletin Oceanografi Marine., 8(2): 67-74.

Rachmawan, E. W., C. A. Suryono dan I. Riniatsih. 2021. Perbandingan Tutupaan Antar Lamun, Makroalga, dan Epifit di Perairan Paciran Lamongan. Journal of Marine Research., 10(4): 509-514.

Rahmawati, S., U. E. Hernawan, A. Irawan dan N. D. M. Sjafrie. 2019. Suplemen Panduan Pemantauan Padang Lamun. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 18 hlm. Rugebregt, M. J., C. Matuanakotta dan Syafrizal. Keanekaragaman Jenis, Tutupan Lamun, dan Kualitas Air di Perairan Teluk Ambon. Jurnal Ilmu Lingkungan., 18(3)- 589-594.