Pengaruh Aktivitas Manusia Terhadap Kelangsungan Hidup Lamun
Lamun pada dasarnya merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang keseluruhan hidupnya terbenam di perairan. Lamun hidup di wilayah pesisir pada perairan yang relatif dangkal dengan substrat yang beragam seperti substrat pasir, pasir berlumpur, dan pecahan karang. Peranan lamun di wilayah pesisir pun sangat penting seperti halnya meredam gelombang dan menjernihkan wilayah perairan. Akan tetapi, saat ini keberadaan lamun di Indonesia masih di konservasi atau masih dalam proses pelestarian. Selama keberlangsungan hidupnya, lamun sering mengalami ancaman atau gangguan baik dari alam maupun aktivitas manusia. Beberapa pantai di Indonesia saat ini telah banyak dijadikan sebagai kawasan untuk melakukan berbagai aktivitas khususnya manusia. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut mampu berpengaruh pada keberadaan lamun yaitu dapat menekan dan mengancam kelangsungan hidup lamun di suatu perairan. Kondisi lamun di suatu daerah dapat dikatakan kurang sehat apabila tutupan lamunnya berada di kisaran 40 % berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004 (Tasabaramo et al., 2015).
Beberapa contoh kegiatan di wilayah pesisir dan dampaknya pada lamun yaitu sebagai jalur transportasi laut dan penambatan perahu di lokasi padang lamun yang mengakibatkan terganggunya organisme yang mana menggantungkan hidupnya di padang lamun. Selanjutnya, kegiatan tersebut dapat menimbulkan terjadinya kerusakan struktur lamun seperti akar dan batang dikarenakan adanya gesekan dengan badan perahu. Kegiatan selanjutnya yaitu adanya reklamasi pantai, pembangunan pelabuhan di kawasan padang lamun, serta kegiatan penambangan pasir yang memberikan dampak seperti terganggunya proses fotosintesis dari lamun. Hal tersebut dikarenakan penetrasi dari cahaya matahari terhalang atau tidak dapat masuk dengan baik di kolom perairan. Kemudian, aktivitas di daratan seperti kegiatan indutri, pertanian, dan rumah tangga kemungkinan besar akan menghasilkan sampah atau limbah yang dapat sampai ke wilayah padang lamun. Limbah tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup lamun dikarenakan mampu mengubah kondisi perairan menjadi buruk seperti halnya banyaknya kandungan-kandungan kimia dari limbah yang dapat diserap oleh lamun dan membahayakan lamun tersebut. Kemudian, sampah-sampah tersebut akan tersebar ke segala arah dibawa oleh arus dan gelombang yang mana dapat mengganggu proses fotosintesis lamun karena menutupi perairan dari masuknya cahaya matahari (Kurniawan et al., 2021).
Menurut Payung dan Irawati (2020) terdapat beberapa upaya atau cara untuk mengembalikan kondisi lamun menjadi lebih baik yaitu dengan upaya konservasi lamun secara berkelanjutan dan tranplantasi lamun guna memulihkan dan membentuk padang lamun yang baru. Upaya monitoring juga perlu dilakukan untuk memantau perkembangan dari kelangsungan hidup lamun. Kemudian, dapat dilakukan sosialisasi kepada masyarakat baik umum maupun masyarakat pesisir mengenai pentingnya ekosistem lamun. Pembuatan sanksi dan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan ekosistem pesisir sangat diperlukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sumber daya alam.
Referensi :
Kurniawan, H., B. Yulianto dan I. Riniatsih. 2021. Kondisi Padang Lamun di Perairan Teluk Awur Jepara Terkait Parameter Lingkungan Perairan dan Keberadaan Sampah Makro Plastik. Journal of Marine Research., 10(1): 29-38.
Payung, D dan Irawati. 2020. Prakiraan Dampak AKtivitas Masyarakat Terhadap Komunitas Lamun di Perairan Pantai Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Biologi, Pendidikan dan Terapan.,7(1): 1-12.
Tasabaramo, I. A., M. Kawaroe dan R. A. Rappe. 2015. Laju Pertumbuhan, Penutupan, dan Tingkat Kelangsungan Hidup Enhalus acoroides yang Ditransplantasi Secara Monospesies dan Multispesies. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis., 7(2): 757-770.
Zurba, N. 2018. Pengenalan Padang Lamun, Suatu Ekosistem yang Terlupakan. Unimal Press, Lhokseumawe, 114 hlm.